Pages - Menu

Minggu, 03 Juli 2016

Lebaran Datang, Serbuan Pertanyaan Menghadang



Hari Raya Idul Fitri tinggal sebentar lagi. Inilah hari yang paling dinantikan oleh umat Islam di penjuru dunia. Setelah sebulan berpuasa, diuji dengan haus dan lapar, lengkap dengan ujian-ujian lain yang menyertainya, umat Islam di hari nan fitri itu merayakan kemenangan.

Tampaknya kebahagiaan itu tak selalu mengekor usai menunaikan shalat Idul Fitri. Sudah jadi budaya, selepas shalat I'd, kita akan bersilaturahim dari tetangga ke tetangga, kerabat ke kerabat. Kita pun saling berkumpul bersama sanak saudara dari keluarga besar. Di sinilah sesungguhnya hati kita diuji. Terutama saat menghadapi serbuan pertanyaan dari mereka yang kepo dengan keadaan kita.

Semisal, "Kapan nikah?", bagi mereka yang jomblo. Atau, untuk mereka yang belum dikaruniai momongan akan ditanyai, "Udah isi belum nih?".

Buat mereka mungkin terasa ringan, tapi belum tentu bagi yang ditanyai. Boleh jadi itu terasa getir, apalagi saat kerabat lain mulai nyerocos asal, "Nunggu apa lagi sih? Entar keburu jadi perawan tua lho!" Atau, "Kok lama amat sih? Nggak pintar bikin anak suamimu itu." Bahkan, ada yang lebih kepo akut, "Emang udah periksa belum sih? Siapa yang masalah?"

Siapa yang nggak baper ketika diuji dengan pertanyaan ini? Mungkin hanya segempil saja. Tidak semua bisa tegar dengan rentetan pertanyaan, yang bahkan kita tidak tahu jawabannya.

Betapapun kita menggugah mereka dengan nasihat bijak atau sampai memelas, "tolong mengertilah". Bagi mereka, kepo tetaplah kepo. Ya, karena penasaran mereka sudah tingkat stadium lanjut hingga tak menyadari jika pertanyaannya amat menyinggung perasaan. 

Untuk itulah, kita lah yang harus menyiapkan hati dan pikiran yang lapang saat serbuan pertanyaan dilayangkan kepada kita. Ada beberapa alasan, mengapa kita tak boleh baper dengan rentetan pertanyaan itu.

Pertama, memang dasarnya mereka yang kepo. 


Naluri manusia itu memang selalu penasaran, khususnya dengan hidup orang lain. Jujur ya, saya pun terkadang ingin tahu alasan mengapa mereka belum dikaruniai momongan. Apa jangan-jangan karena gaya hidupnya yang tidak sehat. Atau karena sebab lain. Ya, meski itu hanya sebatas di batin. Perbedaan mereka dengan kita, mungkin karena kita lebih memahami perasaan pada yang ditanyai. Makanya nggak ikutan nanya rese ini-itu yang justru malah menyinggung perasaan. Karena mereka ini golongan kepo akut yang ceplas-ceplos bicara, nggak heran mereka menganggap enteng-enteng saja saat nanya ini nanya itu, komentar begini komentar begitu.


Kedua, apapun keadaan kita akan selalu dikepoin. 


Apa dikira setelah menikah, mereka nggak akan nanya-nanya yang bikin baper lagi? Setelah nikah ya otomatis mereka akan nanya, "Udah isi belum?" Betapapun sudah nikah lima tahun, belum juga dikarunia momongan, ada saja yang nanya polos kayak gini, "Lama banget? Emang sengaja nunda atau apa sih?" Saya yang emak berbocil dua begini, juga bakalan jadi sasaran tanya, "Udah bisa apa? Hah, masa' delapan bulan belum merangkak juga? Padahal anaknya si A sudah bisa trantanan?" Hihihi.

Ketiga, terlalu ke-GR-an. 


Kadang ya, kita gampang baper karena terlalu kegedean rasa. Mereka memang tulus nanya, "Kapan nikah?" Tapi reaksi kita malah berlebihan. Hanya terlihat seperti sedang memandang aneh ke kita saja, kita sudah menyana-nyana nggak jelas, "Pfff, kok aku dilihatin aneh kayak gitu? Apa karena aku lama belum punya anak?" Padahal bisa jadi mereka memandang obyek yang lain, makanya pandangannya aneh. Atau jangan-jangan karena kita sendiri yang merasa aneh? Jadi, jangan terlalu ke-GR-an. 

Keempat, banyak teman senasib. 


Nggak usah sakit hati kalau kita ditanya ini itu. Anggap saja kita selebritis. Hahaha. Lagian ya, banyak kok teman senasib di luar sana. Bahkan, betapapun keadaan kita nyaris tak ada yang perlu dikepoin, masih ada saja yang dikorek-korekin. Termasuk saya juga. Dulu pas anak pertama, mereka kepo dan coba bandingin tumbuh kembang anak dengan anak yang lain. "Kok, belum bisa bicara sih?" Ya, karena kemampuan motorik kasarnya yang lebih dulu maju, sebelas bulan sudah bisa jalan. "Itu anaknya si fulanah saja sudah lancar bicara, kok anakmu ngomong nggak jelas gitu?" Lah? Padahal lebih tua setahun dari anak saya, hahaha. 

Sekarang, anak saya yang nomor dua sudah sepuluh bulan, belum bisa berdiri, baru sebatas berdiri sambil pegangan. Itupun belum kuat benar. Apalagi dia nggak mau merangkak, tapi melata. Hahaha. Nah, pas momen kumpul lebaran, saya harus siap jika para bianger kepo itu pada nanya aneh, "Kok, belum merangkak juga? Masa' sepuluh bulan baru bisa ndlosor-ndlosor gitu? Padahal anakku saja lima bulan udah bisa begitu lho!" Tuh, kan? Saya pun senasib dengan kamu, mblo! :D

Untuk itulah, nggak usah dibikin baper gitu deh ah! Perlu bekal hati seluas samudra dan pikiran selonggar jalan Jakarta (pas ditinggal mudik), untuk ngadepin serbuan pertanyaan mereka. Dan kita harus menangkal balik serangan mereka agar mereka jadi malas nanya rese lagi. Gimana caranya?

1. Dibikin nyantai sajalah

Kalau seumpama mereka kepo, kapan nikah? Jawab saja, "Kok nanya kapan sih? Aku aja nggak tahu. Bantu cariin gimana?" Atau kalau mau yang lebih suit lagi, jawab saja begini, "Di jam, hari, tanggal dan tahun yang masih dirahasiakan oleh Allah. Doakan ya, semoga segera ketemu. Atau, mau bantu nyarikan? Biar aku lekas ketemu jodohku."

2. Minta didoain

Setiap mereka nanya, udah isi belum. Jawab saja, "Belum nih. Doain ya. Semoga segera isi." Lah, mereka komentar sok tahu gitu? Ya, balas saja, "Waduh, aku no comment aja deh. Yang penting doanya." Sambil melipir cuek, berburu makanan di meja. Hihihi.

3. Disenyumin

Setelah minta doa, disenyumin saja lah mereka. Senyum tulus selebar daun jati atau sepanjang daun pisang. Biar mereka jadi cles gitu, sampai nggak tahu mau nanya apa, saking terkesima dengan senyum kita. Wkwkwk, emang senyum manjur untuk melelehkan biangers kepo? :D Hihi, yang jelas, nggak rugi kalau kita tersenyum. Sabda Nabi Saw, senyum itu sedekah. :)

4. Kalau perlu dijelasin dengan ilmu

Ini penting, khususnya untuk para emak saat ditanya tumbuh kembang si kecil. Kalau mereka coba bandingin dengan anak lain, jawab saja dengan ilmu yang kita ketahui. Apalagi kalau yang dibandingkan beda umur, kan nggak lumrah. Kalau seandainya ada yang nanya, "Kok anakmu kurus gitu? Itu kurang gizi. Emang minumnya apaan? ASI doang? Kurang berarti. Tambahin sufor gitu kek!" Di saat begini, kemampuan sebagai emak-emak pro ASI diuji. Nah, jawaban sesuai ilmu adalah yang paling tepat untuk menangkis serangan mereka. Tapi, tetap yang santun ya. Kalem saja, nggak perlu pakai nyolot kayak mereka. Hihi.

Semoga membantu ya. Yang jelas kalau kita menyikapinya dengan positif insyaAllah nggak akan nyesek di hati kok. Ya, walau saya akui, ini bukanlah hal yang mudah. Demi kesehatan hati dan pikiran, tetaplah berprasangka baik. Anggap saja, mereka kepo karena peduli. Biar nyesek, yang penting nggak bikin misek-misek. Hihi.

Saya pribadi merasa terbantu, karena kehadiran dan dukungan suami. Dulu sebelum dikaruniai baby, mereka kepo nanya. Suami yang jawab nyantai, "Belum. Doain ya." Kalau sekarang, mereka kepo tumbuh kembang si kecil. Kadang diketawain. Saya biasa meredamkannya dengan dibuat lucu-lucuan sama suami. Kalau kamu? :)

10 komentar:

  1. Mbaa saya gak setuju deh jalanan jakarta lebar pas ditinggal mudik. Lawong pas hari H idul fitri ttp macet dr arah jkt ke bekasi. Hikshiks...

    Btw tulisan jos gandos! Setuju semuanya. Semuanyaa!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haa, tetep macet mbak? Berarti saya salah prediksi dong. Hihihi. Maklum, modalnta cuman nonton tipi, mbak. :D

      Hapus
  2. Emang banyak banget yang nanya apa saja. Walaupun susah, tapi smoga kita dberikan kesabaran :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihi, iya, mbak. Semoga lebaran aman ya... :D

      Hapus
  3. hahaha bener banget nih, aku mah kemarin kebagian pertanyaan kapan punya adik lagi? haha, nyantai aja, kasih senyuman aja

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tuh, kan? Bener kan, mbak? Bagaimanapun keadaan kita pasti ada saja yang dikepoin. :D

      Hapus
  4. Kalau jadi anak kecil mah pasti enak mbak kalau diserbu pertanyaan juga ya tinggal jawab apa adanya saja pasti orang dewasa juga ngerti kok, ahi hi hi .

    BalasHapus
  5. Kalau saya berhubung anak2 sudah gede agak beda perlakukan tapi sama keponya. Pas halbil di kampung ortu, suami lelet ketinggalan dibelakang. Eh, waktu mau salaman ditanya mana bapaknya (suamiku)? Setelah suami nongol & anggotaku komplit dg anak2, baru deh salaman. Kasian bgt yg single parent di kampung begitu deh.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hm, hanya suami ketinggalan, nyusul belakangan saja dikiranya single parent ya, mbak. :)

      Hapus

Mohon maaf komentarnya saya moderasi. Hanya untuk memastikan ada komentar dan komentarnya sopan. Terima kasih. :)