Pages - Menu

Rabu, 13 Juli 2016

Ada Pelajaran Berharga di Balik Kamera Ponsel



Saya bukan seorang emak yang suka berfoto selfie. Sejujurnya saya lebih senang memotret orang lain atau pemandangan unik di depan mata ketimbang diri sendiri. Pun begitu, saya akan ikut barisan ketika yang lain ingin mengambil gambar bersama-sama. Saya sendiri lebih senang difoto orang lain ketimbang berselfie, karena lebih terlihat natural. 

Bagi saya pribadi, memotret gambar lewat kamera ponsel itu selalu memiliki kesan tersendiri. Saya biasa mengabadikan sesuatu yang mengandung pelajaran lewat kamera ponsel. Ini bermanfaat sekali untuk pengingat, khususnya bagi saya pribadi. Saya pun bisa menulis artikel di blog atau status di media sosial lewat foto ini.

Dulu ketika kamera HP baru setaraf VGA, saya tetap nekat mengabadikan gambar yang sarat hikmah meski kualitas gambar tak sesempurna kamera ponsel yang sekarang. Tapi disinilah letak syukur itu. Untuk memiliki ponsel berkamera 8 MP, saya harus sabar menabung secara disiplin dan terencana sebesar Rp. 10 ribu per hari selama lebih dari tiga bulan. Rencana awal sebetulnya selama lima bulan, tapi alhamdulillah ada orang baik hati yang memberi sumbangan setengah juta. Jadi tak perlu waktu lebih lama untuk saya bisa membeli HP setelah sebelumnya hilang dicuri orang. Hihihi.

Ya, meski saya bukanlah seorang emak yang pintar mengambil foto dengan angle yang bagus, setidaknya banyak hikmah berharga yang saya dapat dari jepretan kamera ponsel. Berikut 6 pelajaran berharga di balik kamera ponsel.

1. Usaha yang memberdayakan


Ibu-ibu tengah sibuk memotong daun dan akar dari umbi bawang merah.

Tetangga di rumah ibu saya ada yang usaha jual beli bawang merah. Dia tidak menanam sendiri bawang merah, tapi membelinya langsung dari para petani. Lewat foto yang saya ambil usai mengikuti kajian sore tiap hari Selasa itu, tetiba terselip impian saya untuk membuka usaha, usaha yang bisa memberdayakan masyarakat sekitar. Walau sampai sekarang masih dalam angan-angan.

Ya, meski tetangga ibu saya ini hanya menjual bawang merah saat harga bawang naik, tapi setidaknya tetangga sekitar ikut kebagian rezeki. Dari hasil membersihkan umbi bawang dari daun dan akarnya, mereka bisa mendapat uang Rp. 50.000 - Rp. 60.000,- sehari. Setiap sekilo dihargai 500 perak. Dalam sehari mereka sanggup membersihkan bawang merah lebih dari 100 kg.

2. Semangat bekerja di usia senja


Mbah Sati, 85 tahun, masih semangat jualan gethuk dan sawut di pasar.

Namanya Mbah Sati. Usianya sudah menginjak 85 tahun. Di usia setua ini, beliau masih semangat menjemput rezeki. Dengan raganya yang renta, beliau membuat gethuk dan sawut sendirian, lalu menjualnya ke pasar. 
Baginya tetap berjualan gethuk hingga usia senja adalah hiburan. Andai beliau istirahat jualan, mungkin akan enak badannya, tapi sakit pikirannya, begitu katanya. Beliau juga tidak ingin merepotkan anak-anaknya. Bahkan beliau bertekad, sepanjang raganya sehat, ia akan jualan gethuk sak lawase (selamanya). Semangat mbah Sati ini setidaknya menggelitik saya yang terkadang masih malas-malasan saat menjemput rezeki. 

3. Tetap berangkat ngaji di tengah ujian sakit


Seorang ibu hendak menolong ibu Supari yang sakit stroke tapi tetap semangat mengikuti kajian.

Sudah lama ibu bernama Supari ini diuji sakit stroke. Mungkin sudah lebih dari lima tahun. Tapi ada satu yang membuat saya tercekat saat melihatnya berjalan dari rumahnya menuju ke tempat pengajian. Dengan kaki dan tangan kirinya yang terkena stroke, ia tertatih-tatih sembari menyeret kaki kirinya, berjalan sejauh 400 meter dari rumah. Itulah kali pertama saya melihatnya kembali mengikuti pengajian setelah beberapa tahun sebelumnya vakum lantaran sakit. 

Saya makin dibuat berkaca-kaca, saat hari lain ia hadir lagi di pengajian. Dari tempat duduk saya di dekat pintu masuk, saya melihat ia berjalan tertatih sembari mulut terus komat-kamit berdzikir menyebut asma Allah. Awalnya saya sangsi jika ia berdzikir. Mungkin mulutnya memang terlihat bergerak terus karena sakit strokenya, pikir saya.

Saya kepo. Sengaja saya menggeser tempat duduk, mendekat ke arahnya. Subhanallah, memang ia berdzikir. Bahkan dengan lafalnya yang cadel karena sakit stroke. Allahu Rabbiy, betapa saya selama ini sering menyia-nyiakan nikmat sehat ini untuk hal-hal yang tak berguna, bahkan terkadang masih senang mengundur-ngundur waktu shalat.

4. Kasih sayang induk ayam pada anaknya


Seekor induk ayam tetap peduli pada anak-anaknya dengan mencarikan biji-biji padi untuk dimakan anaknya. Sayang, foto diambil setelahnya karena saya tidak sedang pegang HP.

Saat tengah menyuapi si kecil di depan rumah, saya melihat seekor induk ayam bersama dua ekor anaknya tengah mencari bulir-bulir padi yang jatuh di pinggir jalan. Manik mata saya kontan menyipit. Dua alis saling bertaut.

Rupanya saat induk ayam mematuk biji padi, dia tidak hanya makan untuk dirinya sendiri, tapi juga mencarikan untuk anaknya. Biji padi itu dipatuk di paruhnya, lalu diletakkan di dekat anak-anaknya agar dimakan oleh mereka. Terkadang anak-anaknya malah menjauh, nyari makan sendiri. Jika tidak dimakan anaknya, ia akan memakan biji padi itu. 

Subhanallah, betapa Allah menunjukkan pelajarannya lewat makhluk-makhluk-Nya yang bahkan tidak memiliki akal selayaknya manusia. Seekor induk ayam saja dengan naluri ibunya, ia menjaga anak-anaknya, mencarikan makan bagi mereka. Bahkan ia tetap mengutamakan anak-anaknya meski ia sendiri juga butuh makan. Bagaimana dengan manusia sendiri? 

5. Berkat tongsis, akhirnya bisa foto berempat


Berkat tongsis, kami akhirnya bisa komplit foto berempat. Ya, walau hasilnya tetap saja tidak bisa kompak menghadap kamera.

Bagi kami, bisa berfoto bareng berempat itu luar biasa. Apalagi sebelum kami punya tongsis. Kalau minta difotoin orang, kadang ada rasa pekewuh juga. Rikuh kalau mau begaya. Hihihi. 

Sejak kehadiran tongsis di tengah-tengah kami, akhirnya kami bisa foto berempat. Ya, meskipun untuk mengajak anak-anak foto bersama itu susahnya kebangetan. Yang besar terkadang tidak mau melihat ke arah kamera. Yang kecil, kadang rewel atau sering sibuk tengok sana tengok sini. Sekalinya bisa sedikit kompak (yang kecil tetap saja susah mengarah ke kamera), eh malah ibu mertua nongol di belakang. Hahaha.

Pun begitu, kami tetap bersyukur. Setidaknya kami punya kenangan foto bersama, ketika mereka masih imut-imutnya. Lucu juga jika kami yang sering bersama ini, tidak pernah sekalipun foto bersama. Sekalinya bisa foto barengan, eh ternyata sudah tidak imut lagi. Hihihi.

Dengan adanya foto bersama ini membuat saya semakin mensyukuri arti kebersamaan. Ya, bagaimanapun juga kebersamaan ini tidak selamanya, suatu saat nanti, entah kapan, kita semua akan menemui kematian.

6. Mengabadikan tingkah polah hingga tumbuh kembang si kecil


tingkah polah si kecil

Salah satu manfaat memiliki kamera ponsel adalah bisa mengabadikan segala tingkah polah hingga tumbuh kembang si kecil. Karena ponsel itu lebih sering dibawa kemana-mana, jadi kita bisa sigap mengabadikan momen lucu atau saat tumbuh kembang si kecil bisa meningkat ke tahap berikutnya.

Bisa mengabadikan momen berharga ini tentu semakin menambah rasa syukur saya. Beruntung sekali saya sebagai ibu, memiliki banyak waktu untuk membersamai mereka. Foto-foto ini juga akan menjadi pengingat ketika kelak mereka sudah tumbuh besar. 

Saya juga senang mengabadikan momen saat mereka tengah asyik bermain bersama teman-temannya. Hasil dari kepoin mereka, biasanya saya malah mendapat ide untuk menulis artikel di blog atau berbagi status di sosial media.

Baca juga : Beri Kesempatan Si Kecil Memecahkan Masalah

Inilah beberapa pelajaran berharga di balik kamera ponsel. Bagi saya, mempunyai ponsel berkamera sudah jadi kebutuhan yang harus diutamakan. Agar foto terlihat bagus dan jelas, tentu memiliki ponsel dengan kamera yang bagus adalah dambaan semua orang, khususnya saya. 

Hanya terkadang, kendala minimnya dana yang jadi penghalang. Bersyukur sekali Mak Uniek mengadakan GA yang hadiahnya HP macam Zenfone Laser 2. Meski belum tentu jadi pemenang, tapi kita semua yang ikutan berhak ngimpi punya Zenfone 2 Laser ZE601KL atau punya Zenfone 2 laser ZE550KL, smartphone keren dari ASUS.

Dilansir dari situs asus.com, ZenFone 2 Laser dilengkapi kamera belakang PixelMaster 13MP dengan apertur lensa f/2.0 yang mampu mengambil foto indah dengan resolusi tinggi tanpa shutter-lag. Kamera belakang ZenFone 2 Laser (ZE550KL) memiliki teknologi otofokus laser untuk gambar yang lebih jernih. Laser di ZenFone 2 Laser mampu mengukur jarak dalam kecepatan cahaya dan menerjemahkan fokus hanya dalam waktu 0.03 detik, terutama di kondisi minim cahaya. Otofokus laser juga bisa mempercepat proses foto close up, dan dibantu pergerakan lensa saat memotret obyek yang lebih jauh.

Mode PixelMaster backlight (Super HDR) secara otomatis mengambil banyak gambar dan memprosesnya menggunakan teknologi ASUS Pixel Enhancing. Ini membuat rentang dinamis meluas sampai 4 kali untuk menghasilkan gambar akhir yang 400% lebih terang, ditambah warna dan detil yang lebih baik, untuk memastikan foto yang Anda ambil dengan cahaya latar yang kuat tetap terlihat alami.

Ini jelas bermanfaat banget untuk saya yang senang mengabadikan momen-momen unik yang sarat akan pelajaran, oleh-oleh dari mengamati sekitar. Apalagi Zenfone 2 Laser ZE550KL ini juga dilengkapi dengan kamera depan 5MP. Mupeng banget kan? Ya, walaupun sampai sekarang ini baru boleh ngimpi dulu. Hehe. 

Yang jelas, betapapun itu, ponsel dengan pixel kamera berapapun, jika kita memanfaatkannya untuk kebaikan atau hal yang bermanfaat lainnya, insyaAllah akan ada keberkahan yang menyertainya. Berkah tak melulu karena kita mendapat hadiah, bisa mengubah orang yang melihat jepretan foto kita, itu sudah menjadi nilai tersendiri, terutama di mata-Nya. Amiin.

Tulisan ini diikutsertakan untuk 'Giveaway Aku dan Kamera Ponsel by  uniekkaswarganti.com'

12 komentar:

  1. saya malah belum pernah foto berempat mba, seringnya bertiga aja hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihi, emang sulit banget kalo bisa foto komplit, mbak. :)

      Hapus
  2. Motret pake kamera ponsel emang lebih simple deh mbak. bisa diedit cepet trus langsung upload hehe

    BalasHapus
  3. baca artikel ini jadi ikut ngambil pelajarannya mba, makasih dan gutlak yaaa...

    BalasHapus
  4. Semoga saja bisa terijabah hajatnya untuk memiliki ASUS Zenfone 2 lasernya ya mbak ^_^

    trenyuh banget baca kisah yang nomer dua dan 3 mbak... semoga mereka diparing sehat slalu ^_^
    aminn...

    Salam kenal ^_^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihi, amiin, mbak. Nggak ngarep banyak sih kalo saya mah. Dapet yang paling bontot saja sudah membanggakan. Yang jelas menang atau tidak yang penting kita sudah berbagi kebaikan. Salam kenal kembali, mbak. :)

      Hapus
  5. Betul mbak, sebenarnya ada banyak hal yang bisa kita pelajari dari foto-foto yang diambil dari kamera ponsel. Cuma terkadang kita nggak sadar aja ya :)

    BalasHapus
  6. Terima kasih sudah ikutan GA Aku dan #KameraPonsel. Good luck.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih mbak Uniek komennya. Amiin untuk doanya. Hihi.

      Hapus

Mohon maaf komentarnya saya moderasi. Hanya untuk memastikan ada komentar dan komentarnya sopan. Terima kasih. :)