Sabtu, 30 April 2016



Saya menulis ini terinspirasi dari postingan blog seorang suami yang mengisahkan bagaimana kondisi istrinya ketika dia menderita Post Partum Depression (PPD). PPD adalah gangguan yang terjadi secara emosional pada ibu yang baru saja melahirkan ditandai dengan beberapa masalah seperti marah, mudah cepat lelah, terjadi gangguan makan, hingga hilangnya libido. PPD setingkat lebih serius ketimbang baby blues (salah satu depresi yang menghampiri ibu pasca persalinan, baby blues terjadi dalam beberapa minggu dengan perasaan cemas, sedih, perubahan suasana hati, hingga sering menangis). Ngutip dari bidanku.com.


Karena wanita ingin dimengerti, itu kata sebuah lagu. Kenyataannya? Ya, memang betul seperti itu. Mungkin hatinya akan sangat lapang untuk memaafkan saat orang yang dikasihinya berkata ketus atau bernada kasar kepadanya. Tapi, jangan harap ketika dia tengah hamil atau menyusui. Catet ya, suami! :)

Mungkin para suami akan mendapati istrinya lebih cengeng dari sebelumnya, suka baper, dan sering mewek. Kesinggung sedikit, langsung nangis di pojokan. Pada fase ini, dia juga akan mudah marah. Atau terlihat lebih ganas dari biasanya.

Tahukah, suami? Hal ini wajar karena saat hamil atau menyusui, tubuhnya tengah mengalami penyesuaian karena perubahan hormon yang mempengaruhi psikisnya. Begitu kata situs bidanku. Di masa ini, sesungguhnya yang dia butuhkan adalah perhatianmu, pengertianmu.

Jangan cueki ketika dia mewek di pojokan. Mungkin tingkah istrimu yang mendadak cengeng ini super nyebelin, tapi lebih nyebelin lagi kalau kamu nggak pedulian. Dia tidak seperti kamu ketika hatinya sedang kalut, pinginnya pergi ke "goa" (baca: sendirian). Mungkin dia bilang ingin sendiri, tapi relung hatinya selalu menampik itu.

Dekati dia. Tenangkan dia dengan kata-kata halus. Syukur-syukur sambil diusap-usap bahu atau lengannya. Kalau perlu, peluk dia! (Serius ya, saya nulis ini kok kayak gimana gitu? Hahaha. Fokus. Suara perwakilan! :D)

Jangan bumbui dia dengan kalimat pedasmu. Atau kata-kata tajammu. Itu menyakitkan! Sangat menyakitkan! Secuek-cueknya kamu, plis...berubahlah walau hanya untuk sementara terutama di dua momen ini: saat hamil dan menyusui.

Maklumilah dia ketika dia tengah bermuka masam. Atau bahkan ketika dia bereaksi menyerang balik kalimat kasarmu.

Kau tidak tahu, betapa ia lelah seharian ini. Mengurus bayi yang rewel tiap jam. Gendong bayi. Nyusuin. Gantiin popok. Bersihin pup. Belum mengurus tetek bengek tugas rumah tangga tanpa ART. Jam tidur malam hanya serempangan. Baru tidur setengah jam, bangun. Nangis. Nyusuin. Satu jam kemudian, belum terpejam betulan, si bayi bangun lagi. Nangis. Nyusuin. Atau bahkan sampai ngajak melek berjam-jam di malam hari.

Padahal kondisi 'tandon'-nya ASI sudah amat mengkhawatirkan. 'Kran'-nya lecet karena pelekatan yang kurang sempurna. Lebih-lebih terus disedot sama si baby. Kau tahu, suami. Menyusui di saat seperti ini, itu rasanya super wow sekali. Wow karena sakit, bukan keenakan.

Nggak bisa bayangin andaikan istrimu yang begini, suami malah enakan tidur. Ketika istrinya sedikit stress, membiarkan sejenak bayinya menangis, suami langsung marah-marah. "Kamu itu emang nggak becus ngurus anak!" Ah, suami, cobalah mengerti perasaannya.

Mungkin kamu berpikir, "Toh, yang nyusuin dia. Disusuin aja nangis, apalagi aku yang pegang." Sesungguhnya tak apa jika dia yang pegang bayinya. Hanya sekadar menanyakan keadaannya saja itu sudah sedikit membantunya. Tenangkan dia. Kalau perlu cobalah gantikan dia untuk menggendong bayinya. Jika masih nangis, tak apa bagi istrimu untuk menggendong balik bayinya.

Kehadiranmu di sisinya saat momen ini sangat ia nanti, suami. Dia butuh bahumu untuk menyandarkan lelahnya. Dia butuh telingamu untuk mendengarkan curahan hatinya. Dia butuh nasihat lembutmu, kalimat penyemangatmu, dan dukungan penuh darimu.

Kau tidak tahu betapa dia harus berjuang melawan 'serangan' mereka untuk menambah sufor. "Bayimu rewel terus karena ASI-nya kurang. Makanya tambahin sufor gih!" pinta ibumu sedikit memaksa.

Bagimu, mungkin kalimat ini terdengar biasa, tapi bagi mereka yang gigih memberikan ASI-nya, itu amat menyakitkan, suami. Apalagi masih ditambah, "Tuh, bayimu kelihatan nggak seger gitu. Kurus!"

Apalagi jika kamu malah mendukung ibumu. Itu jauh lebih menyakitkan lagi. Maka tidak heran jika sindrom baby blues makin menyerang. Walau saya sangsi, jika sampai menjadi PPD selama ia masih istiqomah mengaji. Pun, itu juga tidak menutup kemungkinan.

Maka dari itu, suami, betapa perhatianmu sangat didamba oleh istrimu yang tengah hamil hingga masa menyusui. Plis...katakan say hello sementara waktu saat momen-momen ini, andaikan perhatianmu amatlah mahal bagimu. Mungkin sulit untukmu menanggalkan tabiat cuekmu. Walau kami jelas berharap, minimal, berubahlah menjadi suami cuek-cuek perhatian. Ini jelas lebih cool ketimbang cuek beneran. :p

Toh, bukankah sabda Nabi Saw, orang yang paling baik diantaramu adalah yang baik terhadap istrinya? :)

*hanya suara perwakilan, bukan curhat pribadi :)
Categories:

0 komentar:

Posting Komentar

Mohon maaf komentarnya saya moderasi. Hanya untuk memastikan ada komentar dan komentarnya sopan. Terima kasih. :)

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!